Friday, February 25, 2005

Immortality

Bram Stoker bikin "Dracula" puluhan dekade yang lalu, tapi orang-orang tidak muak juga untuk terus membaca atau menonton kisahnya. Dalam berbagai versi. Seperti juga legenda kaum Highlander dari Skotlandia yang masih disayang-sayang sampai sekarang. Kenapa?

Karena umat manusia memuja ide tentang "immortality".
Tetapi saya (dan juga Anda, mungkin) bukan Dracula, sedangkan kisah Highlander mungkin tidak lebih dari legenda. Saya tidak immortal. Saya pasti mati. Puluhan tahun lagi, bulan depan, besok.


Yah, tentu saja mereka yang romantis akan bilang, "People die, and then go on living in the hearts of those who love 'em..". Saya setuju. Tetapi orang-orang yang mencintai kita pun akan mati juga. Ketika tiba saatnya, kita bisa hidup lagi di mana? Tidak di manapun. Lalu bersama angin.

Kecuali Mozart, Da Vinci, Newton, Goethe. Dan orang-orang di klub mereka. Yang semasa hidupnya telah membuat jejak di Alam Semesta. Mereka mati, tetapi jejaknya tidak. Karenanya mereka pun immortal.

Oke, lupakan. Mungkin umat manusia tidak memuja ide tentang "immortality". Perhaps it's just me.

All the same, here i am today, writing here, a step closer.
KARENA DUNIA KATA-KATA ADALAH DUNIA KEABADIAN.