Tuesday, March 08, 2005

The "Fuel Oil Price" Thing

Eh, kok pada engga setuju BBM naik sih? Aku bukannya pecinta SBY yah, tapi kalo harga 1 liter BBM kurang lebih sama kayak 1 liter Aqua, justru ada yg salah sama negeri ini kan?

OK, aku bisa liat kok segala 'bolong'-nya kebijakan kenaikan BBM ini:

- Pertamina blom diaudit, tp pemerintah udah buru2 naekin harga minyak..
- Blom jelas subsidinya lari ke mana (dicurigai ke kantong pejabat.. yah kalo cuma 10-20% sih ada lah.. ;p)
- Propaganda dari mana tuh kalo yg menikmati subsidi BBm selama ini cuma orang2 kaya?
- Harga2 naek gila2an tuh.. padahal gaji datar2 aja..
- Mahasiswa jadi "terpaksa" bikin demo kan? Jadinya jalanan macet kan? Produktivitas menurun kan?
- Kabarnya nelayan dan pedagang jadi kesulitan mencari nafkah. Supir mogok. Omset pasar2 (terutama yg tradisional) berkurang drastis. Mo cari apa2 susah.
- Orang miskin pada mati (ketabrak metromini, kurang makan, dsb, kayak ditulis dlm subjek "Logika bla-bla-bla" itu..)
- Dsb

Tapi:
Semua itu adalah tentang CARA, SISTEM, dan KENDALI ATAS SISTEM. Bukan tentang esensi. Kalo engga ada korupsi (baik di Pertamina maupun di proyek bagi2 subsidi)? Kalo engga ada orang yg ambil keuntungan dengan naikin harga barang2 konsumsi (Logikanya, efek kenaikan BBM kan indirect thd harga barang. Kok BBM naik 29% trus harga barang ikut naik 20-30%? Dari Hong Kong??? ;p)? Kalo mahasiswa bisa berpikir jauh ke depan dan bukan cuma ngeliat kepentingan sesaat? Kalo semua orang memilih berusaha bertahan, berusaha lebih produktif, dan berusaha lebih keras, daripada bekoar-koar engga jelas? Kalo kompensasi subsidi sungguh2 sampai pada yg berhak?

Lagipula:
Aku kenal seorang supervisor program2 kesehatan dari Bank Dunia. Namanya Ellen. Dia bikin penelitian ttg program jaminan asuransi keluarga miskin. Itu program Bank Dunia. Ellen bilang selama ini program itu masih mungut premi dari orang2 miskin, tapi sekarang engga lagi. Dengan uang kompensasi subsidi BBM, keluarga miskin dapat asuransi gratis. Sungguhan. (And she said that was just the beginning of even bigger projects..)
Aku cuma bisa bilang: AMIN!

Lagipula:
Peradaban Indonesia saat ini adalah peradaban yang dibangun di atas pilar-pilar minyak bumi. Oke, kita punya banyak sumber energi lain: matahari, geothermal, angin, biogas, hidrogen, simply all. Tapi nyatanya, masyarakat belum siap dengan itu semua. Struktur dan infrastrukturnya belum ada. Dan pemerintah juga kliatannya setengah-setengah. Jadi kalo minyak habis, ato jadi sangat langka, gimana dong? Padahal, bayi juga tau kalo minyak bumi tuh engga terbarukan.
Ketika harga 1 liter BBM kurang lebih sama dgn harga 1 liter Aqua, orang jadi foya-foya kan? Kita bicara tentang budaya meremehkan penggunaan BBM, karena harganya kemurahan. Aku banyak ngobrol sama orang2 (terutama diplomat dan aktivis NGO) dari UK, US, Aussie, Kanada, Swedia, Finlandia, bahkan South Africa. Semua geleng2 kepala dgn harga BBM yg begitu murahnya dan bagaimana dgn seenaknya kita menggunakannya. Apakah 70 triliun harga yg terlalu mahal untuk "membeli" sebuah mental attitude? Kalo misalnya kita bisa "menukar" sikap antikorupsi seluruh bangsa dgn 70 triliun saja, mau engga? Kayaknya mau ya?
Aku pikir itu 70 triliun bukan harga yg terlalu mahal. Kita bicara tentang masa depan umat manusia.

Lagipula:
Kalo jumlah motor ato mobil yg beredar di jalanan jadi berkurang, aku justru sangat bahagia. Polusi (udara, air, suara) berkurang dan kualitas lingkungan meningkat. Kenapa engga? Biar hemat BBM, naik sepeda aja. Sehat. Sekali lagi, kenapa engga?

Jadi,
Secara esensi aku setuju dgn kenaikan harga BBM. Biar deh aku dibenci mahasiswa dan orang miskin (dan orang kaya juga, sebab kata propaganda, merekalah yg justru bakal menderita ;p). Aku pikir sekarang kita tinggal ngawasin Cara-nya aja. Sistem-nya. Dan Kendali atas Sistem-nya. Supaya berfungsi dengan transparan, efektif, efisien. Suapaya engga ada kebocoran ato apapun juga. Amin.

Aku lagi ngomongin Negeri Utopia kali ya? Indonesia sih mana mungkin bisa gitu ya? ;p
Tapi, seperti Lao Tse bilang, "A journey of thousand miles begins with a single step.". Sekarang waktunya untuk mulai melangkah. Ke Negeri Utopia. Mulai dari diri sendiri, mulai dari yg kecil, dan mulai sekarang.

"Hope is like a road in the country. In the beginning there wasn't even a road, but when many people step on it, the road comes to existence." (Lin Yu Tang)

Dengan banyak doa dan istighfar, semoga akalku dilapangkan dan hatiku dimurnikan,
-eloque