Tuesday, March 29, 2005

Theresa yang Sangat Marah

Aku bertanya pada Theresa tentang hal-hal yang membuatnya sangat marah. Blondie Inggris itu diam sejenak, lalu menjawab, “Pria-pria di jalan.”.

Dengan emosional Theresa bercerita tentang pengalaman buruknya. Ia sedang bersama Melanie ketika dua cowo iseng bersiul dan berteriak kepada mereka, “HEY, MISS! DO YOU WANT TO HAVE SEX WITH US?

Kalau aku saja –yang cuma diceritain- marah sekali mendengar itu, bisa dibayangkan bagaimana Theresa dan Melanie. “Di Inggris, kami pasti akan menampar laki-laki yang bicara begitu! Benar-benar kurang ajar!”, Theresa bicara dalam bahasanya (rupanya terlalu marah untuk ingat bahasa Indonesia ^_^).

“Dan Anda lakukan itu atau tidak?”, tanyaku.
No, but we came to them and said, How dare you speak that way to us? If ever you do this again you’ll be in a serious trouble!”, Theresa memasang ekspresi neraka sambil mengacung-acungkan telunjuk. Serem banget, asli.

“Reaksi mereka bagaimana?”
Well, mereka tidak bilang apa-apa, tetapi saya pikir mereka takut..”, jawab Theresa. Aku membayangkan kelinci-kelinci pucat. Cowo-cowo iseng itu salah memilih target; kedua bule cantik itu bukan sekadar turis blondie bodoh. Theresa adalah Sekretaris Bidang Politik Kedubes Inggris dan Melanie adalah aktivis pemberdayaan perempuan dari CUSO, Kanada. Dua orang Xena.

Bagaimanapun, kasus itu selesai begitu saja.

Dari cerita Theresa aku membuat beberapa mental note:
1. Pelecehan seksual masih menjadi perkara enteng yang dianggap “iseng-iseng berhadiah”.
2. Entah bagaimana, it’s taken for granted bahwa ekspatriat punya standar moral yang lebih rendah dan karenanya layak dilecehkan seenaknya (which, I’m telling u, is NOT!).
3. Padahal tentu saja pelaku pelecehanlah yang punya standar moral serendah-rendahnya.
4. Harus dilakukan sesuatu terhadap peleceh-peleceh ini sebelum lebih jauh mempermalukan bangsa dan negara (jika alasan moral dan etika saja tidak cukup untuk menggerakkan hati kita).

Theresa tersenyum ketika aku minta maaf untuk kedua orang kurang ajar itu. (Dan sebenarnya kenapa aku harus melakukan itu sih? *sigh*)