Tertawa dan Frustasi
Akhir minggu adalah waktuku untuk memanjakan diri! Buatku, cara paling mudah adalah dengan terbang ke dunia buku. Aku mencintai buku, ini benar. Sejak dulu aku selalu bilang, “If ever I wanted all the money in the world, it would be for books.” (aku juga suka musik, outdoor, apel merah, dan Jamie Aditya, tapi itu beda).Weekend kemarin aku habiskan untuk membaca dua buku karya pengarang lokal: “Gege Mengejar Cinta” dan “Subject:Re”. Yang satu mengajak tertawa dan yang lain mengajak frustasi.
Membaca karya lokal penulis debutan bukanlah kebiasaanku. Seringnya kan cuma berisi cerita cinta murahan, konsumsi abege, atau yang mengobral seks (biar dikira open-minded, kali). Aku engga suka. Dangkal, vulgar. Baca buku tapi engga dapet apa-apa.
Orang-orang bilang bacaanku tidak ‘mainstream’. Cewe-cewe sekarang paling suka baca chicklit karena menganggapnya “cerdas, lucu, modern”. Ya silakan, nikmatilah. Aku sendiri menganggapnya “lucu dan temporer” (tapi tidak “cerdas”, hehehe..). As always, “bagimu bukumu dan bagiku bukuku”.
Nah, jangan salah paham, chicklit dan semua novel Danielle Steele dkk itu FINE, tapi kalau berpikir bahwa sejak manusia diciptakan sampai sekarang telah ada ratusan milyar buku/catatan dari seluruh peradaban di muka bumi, dan betapa sedikit waktu yang kita punya untuk membaca peninggalan budaya intelek itu, mau engga mau kita harus bikin daftar prioritas kan? Sementara ada begitu banyak buku yang mengubah dunia, yang indah berkilauan, yang bermakna, kenapa juga aku harus buang-buang waktu untuk baca chicklit?
Kalo aku bilang gitu, kesannya kayak aku sok “tinggi” dan sok “filosofis” yah. Engga kok. Ini cuma masalah selera. Chicklit (dan teman-temannya) mungkin pisang yang paling enak di dunia, tapi aku maunya apel.
But, as I was saying, akhir minggu kemarin aku baca dua buku lokal. “Gege Mengejar Cinta” tuh punya Aditya Mulya, civil engineer dari ITB yang sebelumnya nulis “Jomblo”. Udah baca? Lucu banget, asli. Buku keduanya juga lucu, dan selama 2 jam aku engga brenti ketawa. Sayangnya engga akan dapet nominasi Nobel Sastra yah, kalo cuma entertaining aja.
Anyway, segala gelak tawa itu sebenarnya membungkus satu pertanyaan bodoh yang mungkin adalah salah satu pertanyaan filosofis paling penting dalam percintaan: “Mana yang lebih membahagiakan: dicintai atau mencintai?”. Aditya Mulya engga kasih jawaban. Dalam dunia dia, cinta adalah main kejar-kejaran. ^_^
Buku lainnya, “Subject:Re”, adalah debutan Novita Estiti. Ngakunya (di kover buku) semacam chicklit, tapi suram banget. Kisah cinta orang-orang yang kehilangan makna, yang meninggalkan Tuhan. Lumayan bagus kok. Mungkin akan aku beli sebagai hadiah untuk orang, kapan-kapan. Bukunya sangat jujur, sangat terlalu jujur. Bikin kita memikirkan betapa rapuhnya semua ini, dan betapa engga berarti. Yang jelas, aku engga akan memasukkan “Subject:Re” dalam satu katagori dengan chicklit. Setidaknya untuk satu alasan: tokoh utama engga jadian sama cowo cakep-pinter-kaya (Prince Charming versi modern gitu, hahaha..) sesuai hukum utama chicklit.
Btw, aku baru sadar, kok kayaknya aku nyinyir banget sama chicklit ya? Maap-maap aja deh, buat penulis dan pembacanya. Aku maunya apel sih.
End Note:
* Aku juga baca roman, kok, seperti suatu ketika dikomentarin Tiessa, “Kamu masih baca gituan?”. Aku bilang, “Just for the English..”. Sekalian buat belajar.
* Ada yang udah baca “Man and Superman”-nya Bernard Shaw? Kok seluruh dunia blom baca sih? Gih, download dari Gutenberg Project ato apa gitu, aku butuh teman untuk ngerumpiin isi bukunya nih. Menurutku sih bagus banget.