Monday, December 05, 2005

Bicara Angka

Yuhki, cowok Jepang-Amerika itu, mengerutkan kening dan terbata-bata membaca sederetan angka desimal di hadapannya. Dia kandidat PhD dari Harvard University. Dia benci kelihatan bodoh. Dia menyumpahi sistem desimal Indonesia. Mungkin karena dia benci kelihatan bodoh. Mungkin karena sistem desimal Indonesia memang pantas disumpahi.

Lihat ini:
8,500

Orang Indonesia membacanya delapan koma lima nol nol (yang matematikanya bego membacanya delapan koma lima ratus). Maksudnya delapan setengah.

Orang Inggris, Australia, Singapura, dan atau Amerika-yang-sangat-hebat-itu membacanya eight thousand and five hundred. Maksudnya delapan ribu lima ratus.

Delapan setengah versus delapan ribu lima ratus tentu bukan urusan yang rampung dengan gurauan “cincai lah..”.
Mana yang benar? Tergantung tempat. Di Indonesia, jelas yang pertama. Di negara-negara lain di seluruh dunia, yang kedua.

Mungkin Yuhki berhak menyumpah-nyumpah, demi entah berapa jam yang telah dihabiskannya untuk memperbaiki data numerik keluaran BPS. Mengganti setiap koma menjadi titik, sesuai standar universal untuk pengolahan data berupa angka. Ironisnya, data itu sudah berbentuk dokumen Excel ketika tiba di tangannya.

Bagaimana pegawai pemerintah bisa sebodoh itu, memasukkan angka pada lembar kerja Excel dalam format desimal yang tidak standar? Betapa memalukan, kerena itu bukan hanya menunjukkan tingkat intelektualitas orang Indonesia, melainkan juga fakta bahwa data itu tidak pernah benar-benar diolah.

Kebodohan macam ini harus diakhiri; sistem desimal Indonesia harus diubah. Janganlah hal ini dianggap gurem yang bisa diabaikan. Matematika adalah bahasa universal yang (seharusnya) melampaui batas teritorial maupun budaya. Meski sulit tetapi tetap harus dimulai; justru karena akan makan waktu lama maka harus dimulai sekarang juga. Yuhki memasukkan ini ke otak saya.

Saya tidak suka disumpah-sumpah. Saya tidak suka negara saya disumpah-sumpah. Namun dalam kasus ini saya menelan harga diri demi sesuatu yang lebih berarti: perbaikan.

Jadi siapa yang akan bergabung bersama saya menuntut reformasi sistem desimal Indonesia? Karena kita bisa.

***
(Tentu saja untuk Yuhki, sebagai pemenuhan janji.)