Sunday, July 09, 2006

All the Stupid Things

(Patria Es Humanidad, Pt.11)
This section contains really silly stories. Dissatisfaction guaranteed ;p. Skip it if u like.

We Love Your MRE!


Ini kondisi kerja kami: mulai jam delapan pagi, selesai jam empat sore (kecuali kalau overtime), tidak ada libur akhir minggu, tidak ada seksi konsumsi, tidak ada waktu khusus untuk makan siang, bahkan tidak ada “makan siang”!

Mas Bimo menyelamatkan cacing-cacing di pe
rut kami dengan mendatangkan nasi bungkus dari warung setempat setiap makan siang. Itu menjadi makan malamku, karena sungguh sepanjang siang tak ada waktu. Yang bikin kami bertanya-tanya adalah: 135 orang militer yang kerja berat itu makan apa?

Pada hari kedua, baru aku tahu bahwa selama perang, latihan, atau deployment macam ini, makanan wajib mereka adalah ransum te
ntara yang disebut MRE. Officially, itu singkatan dari Meal Ready-to-Eat. Bagi mereka para tentara, itu Meal Rejected-by-Everyone. Bagi kami para interpreter, itu Meal Robbed-by-Everyone.

Benar! Sejak Fusilero mengatakan “You are welcome to our water and MRE”, pasukan interpreter merampok MRE habis-habisan. Sampai-sampai ada lagu tentang tas yang “datang kosong, pulang isi empat”. Dimas malah mengoleksi keseluruhan 30 menu, yang artinya dia berhasil membawa pulang minimal 30 kantong MRE!

Ini bukan karena kami kapiran, rakus, atau pecinta gratisan. Masalahnya, MRE mereka keren sekali. Satu kantong terdiri dari full-course meal: appetizer, makanan utama, dessert, snack, permen dan coklat, selai, dan bubuk minuman instan. Plus kantong kecil dengan tisu, tisu basah, korek api, bubuk garam-lada-cabai, permen karet, dan bubuk kopi-gula-krim di dalamnya.

Pic: MRE party! Look at those little brown bags.. our beloved MREs!

Yang lebih keren adalah “kompor”-nya. Elemen pemanasnya berbentuk kantong yang praktis sekali: cukup tuangkan sedikit air dan masukkan kemasan makanan ke dalam kantong, dalam 10 menit makanan yang hangat siap dinikmati. Dugaanku, itu butiran karbit. Selamat tinggal generasi tentara yang menyalakan api di tengah rimba!

Karena ada 30 menu (termasuk 5 menu veggie),
dan setiap menu disertai extra yang berlainan, rasanya seru ketika membuka kantong baru dan mendapati Cinnamon Imperials atau Apple Toast yang enak sekali. Man, we just LOVE your MRE! :-D

Yang Konyol, Yang Ceria

Pic: massage line.. hawhawhaw! Mbak Lilis, Pristi, our dear Latu, and me. Silly but we enjoyed it :-)

Every cloud has its silver lining, kata orang. Terhimpit oleh beban kerja yang gila-gilaan begitu pun kami masih punya cerita-cerita konyol ceria dan gosip-gosip bergembira.

Misalnya Dimas, yang sejak hari kelima tampil bak pedagang asongan: menjinjing cooler box sebesar bagong di tangan. Isinya macam-macam dan berganti tergantung suasana hati. Hari ini durian -cukup untuk memberi makan seluruh pasukan-, besoknya kerupuk rambak dan berbungkus-bungkus mie instan, besoknya brem dan keripik bayam. Tidak, saudara-saudara, dia tidak sedang menjajakan dagangan. Itu cara dia mengenalkan Indonesia: “This is Indonesian Fear Factor! Dare to try?”, dan maboklah para bule itu makan durian, hihihi..

Atau, ketika tanggal pulang ke Okinawa telah ditetapkan, tiba-tiba Merapi di Utara menggeliat dengan awan panas dan lavanya. Para dokter dan paramedis pun cengar-cengir kuatir. “We better get home before it explodes, man. Otherwise we might have to stay another month!”. Sheggrud di OR yang sudah setahun tidak pulang kampung pun menyilangkan jari-jemarinya, “Please, please, wait ‘till i get home!”. Candaan kami pada hari-hari terakhir berbunyi, “See you in another disaster, Elok!”. Orang-orang gila.

Tapi mungkin tidak ada yang segila Chief Snyder. Orang yang sudah malang-melintang di berbagai lokasi perang ini justru "dipecundangi" di Indonesia. Pelakunya adalah seorang bapak yang mengaku kehilangan pendengaran sejak gempa. Oke, itu klaim serius. Chief Snyder pun serius. Faktalah yang tidak serius: gangguan pendengaran itu ternyata karena kotoran telinga yang telah menumpuk selama lima tahun! Meskipun begitu, dengan niat baik Chief berjuang selama setengah jam demi membersihkan telinga si bapak. Segala alat dicoba, sia-sia. Akhirnya dia menyerah, “I’ve been to Iraq and Afghanistan, y’know. But this earwax is kicking my butt!”. Hehehe.. bayangkan paramedis perang didatangkan ke pusat bencana gempa untuk mengurusi.. kotoran telinga!